
Kasus dugaan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang melibatkan dokter Qory kembali menjadi sorotan publik. Setelah sebelumnya melaporkan suaminya ke pihak berwajib, kini beredar kabar bahwa dokter muda tersebut berniat mencabut laporannya. Namun di balik kabar itu, kondisi fisik dan mental dokter Qory ternyata belum sepenuhnya stabil.
Awal Mula Kasus: Ketika Rumah Tangga Jadi Medan Luka
Kasus ini mencuat beberapa waktu lalu, saat dokter Qory membagikan kisah pilu mengenai kekerasan yang dialaminya di rumah tangga. Melalui unggahan media sosial dan laporan ke kepolisian, ia mengaku mengalami tindak kekerasan yang berulang dari suaminya, baik secara verbal maupun fisik.
Pengakuan itu segera menjadi viral dan memantik simpati masyarakat luas. Banyak yang memuji keberanian Qory untuk berbicara dan mengambil langkah hukum, terutama mengingat banyak korban KDRT yang memilih diam.
Kabar Pencabutan Laporan: Benarkah Akan Damai?
Namun, suasana mendadak berubah ketika muncul informasi bahwa dokter Qory berencana mencabut laporan KDRT yang ia buat. Kabar ini pertama kali mencuat dari pihak keluarga dekat, yang menyebut bahwa Qory ingin fokus pada pemulihan kesehatan dan tidak ingin memperpanjang masalah hukum.
Meski begitu, hingga artikel ini ditulis, belum ada konfirmasi resmi dari pihak kepolisian maupun dari Qory sendiri mengenai pencabutan laporan tersebut.
Kondisi Belum Stabil: Alasan Pemulihan Jadi Prioritas
Menurut keterangan dari sumber terpercaya, saat ini dokter Qory masih menjalani perawatan intensif. Ia disebut mengalami trauma psikologis cukup berat, yang membuatnya tidak bisa mengambil keputusan secara penuh dalam waktu dekat.
Selain luka fisik yang sempat ia alami, kondisi mental Qory juga dikabarkan mengalami gangguan tidur, stres berkepanjangan, dan penurunan nafsu makan.
Oleh karena itu, banyak pihak termasuk Lembaga Perlindungan Perempuan dan Anak, menyarankan agar fokus utama saat ini adalah pada pemulihan dan pendampingan psikologis, bukan tekanan untuk mencabut atau melanjutkan proses hukum.
Publik Bereaksi: Jangan Ada Tekanan bagi Korban
Kabar mengenai potensi pencabutan laporan ini pun menuai pro dan kontra di media sosial. Banyak netizen yang memberikan dukungan moral kepada Qory, namun juga mengingatkan agar tidak ada tekanan dari pihak luar—baik dari keluarga, pelaku, maupun lingkungan—yang mempengaruhi keputusan korban.
Beberapa komentar bahkan menegaskan bahwa proses hukum tetap penting agar pelaku mendapatkan efek jera dan korban lainnya tidak takut untuk berbicara.
Kesimpulan: Pemulihan Lebih Penting dari Keputusan Hukum Saat Ini
Meskipun mencuat kabar bahwa dokter Qory akan mencabut laporan KDRT, publik harus menyadari bahwa keputusan tersebut tidak bisa dipaksakan dalam kondisi korban yang belum stabil. Prioritas utama saat ini adalah kesehatan fisik dan mental Qory, bukan sekadar status hukum.
Kita sebagai masyarakat bisa berperan dengan memberi ruang, dukungan, dan empati, bukan tekanan. Kasus ini menjadi pengingat bahwa pemulihan korban KDRT adalah proses panjang yang membutuhkan waktu dan dukungan menyeluruh.